LAWAN RADIKALISME ONLINE DENGAN KONTRA NARASI

Fenomena penyebaran paham radikalisme lewat media sosial menjadi tren baru yang mesti diwaspadai semua elemen bangsa. Tren ini tak boleh dianggap remeh lantaran dapat menjerat siapa saja dari berbagai kelompok sosial maupun intelektual tanpa kecuali. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang terjerat merasakan dirinya baik-baik saja, laiknya penderita COVID-19 dengan kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

Dalam rangka menggencarkan kontra terhadap narasi intoleransi, radikalisme dan terorisme, pemerintah mengajak seluruh elemen bangsa untuk terlibat aktif, terutama dalam mengkampanye narasi moderat di ruang online.

Semua masyarakat komponen Bangsa, Kementerian Lembaga, harus bersiaga dan bersiap menghadapi dan menyiapkan kontra narasi, menyiapkan diksi-diksi yang moderat, narasi yang tidak provokatif, narasi yang berdasarkan kearifan lokal dengan mencerahkan terutama generasi muda.

Propaganda kelompok radikal ekstrem yang terjadi di media sosial menjadi ajang meraih simpati. Pemanfaatan media sosial juga telah menciptakan kemunculan jenis simpatisan anyar untuk kelompok teroris yang mulai memperluas jangkauannya.

Ruang media sosial juga menjadi katalis bagi penyebaran gagasan organisasi-organisasi terafiliasi kelompok teroris global yang sudah dilarang. Organisasi yang ruang geraknya telah dikerangkeng secara fisik tersebut, masih bisa menyebarkan gagasan mereka via media digital.

Oleh karena itu kita harus waspada agar generasi muda tidak dapat dengan mudah ikut berselancar di dunia maya tanpa mengetahui asal-usul organisasi itu.

Fenomena radikalisme online ini menjadi salah satu perhatian Presiden Ir. H. Joko Widodo. Presiden menyampaikan radikalisme berbasis digital serta sejumlah fenomena lain seperti hoaks, penipuan daring, eksploitasi seksual pada anak, perundungan siber, perjudian, dan juga ujaran kebencian, perlu terus diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Sekali lagi, apa yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo ini menjadi alarm bagi kita semuanya untuk terus waspada. Jangan mudah berselancar di dunia maya tapi kita tidak punya standing point, tidak punya jati diri. Akhirnya apa yang disampaikan oleh media sosial membuat kita terpapar, kita ikut, kita coba-coba. Akhirnya kita tanpa disadari menjadi orang terpapar atau OTG orang tanpa gejala.

No comments

Powered by Blogger.